Kamis, 22 Oktober 2009 | 02:06 WIB
BANYUWANGI, KOMPAS.com--Penerapan kurikulum bahasa osing (bahasa suku adat osing Banyuwangi) di sekolah yang sudah berjalan sejak 1997 hingga sekarang masih terkendala minimnya tenaga pengajar, sehingga penerapan muatan lokal ini di beberapa sekolah belum optimal.
"Minimnya jumlah pengajar yang menguasai bahasa osing menjadikan belum semua sekolah memasukkan kurikulum bahasa osing dalam muatan lokal di sekolah," kata Sekretaris Dewan Kesenian Blambangan (DKB), Hasan Basri, Rabu.
Selama ini kata Hasan para guru merasa terbebani dengan dimasukkanya materi pembelajaran bahasa osing. Pasalnya, mereka juga harus merangkap tugas sebagai guru mata pelajaran umum. Ditambah belum adanya tunjangan tambahan bagi guru pengajar bahasa osing.
"Dulu DKB sempat mengajukan permintaan tunjangan tambahan bagi guru bahasa osing namun belum bisa terealisasi karena alasan ketidakmampuan anggaran," katanya.
Tidak hanya itu, tahun ini alokasi anggaran per tahun sebesar Rp150 juta untuk pencetakan sejumlah buku bahasa osing yang dibagikan kepada pengajar untuk menambah pengetahuan juga tidak dianggarkan.
Terpaksa kata Hasan untuk pencetakan buku diserahkan ke pihak ketiga, CV Cahaya, yang tahun ini mencetak 500 eksemplar buku panduan bahasa osing yang akan dikomersilkan karena tidak adanya biaya pencetakan dari Pemkab Banyuwangi.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono mengatakan tahun ini pihaknya telah menyiapkan pelatihan kepada sedikitnya 100 tenaga pengajar yang khusus dibekali materi pembelajaran bahasa osing.
Mereka nanti akan ditempatkan di beberapa sekolah mulai SD hingga SMP yang membutuhkan guru bahasa osing.
Memang diakuinya, masih minim jumlah guru mata pelajaran bahasa osing, ini karena tidak adanya lulusan sarjana bahasa osing di Banyuwangi, yang ada hanya bahasa jawa.
"Kekurangan guru bahasa osing ini masih 50 persen, terpaksa para guru harus merangkap tugas baik sebagai guru mata pelajaran umum juga guru bahasa osing," katanya.
Pemberlakukan kurikulum bahasa osing didasari surat keputusan Nomor 428 tahun 1996 tentang Pembentukan Tim Penyusun Buku Materi Bahasa Osing Sebagai Kurikulum Muatan Lokal Pada Pendidikan Dasar semasa dijabat Bupati Purnomo Sidiq.
Sedikitnya sudah ada 210 sekolah dasar, dan 15 sekolah menengah pertama (SMP), dan satu sekolah menengah atas (SMA) yang menerapkan pembelajaran bahasa osing.
JY
Editor: jodhi
Sumber : Ant
(dari http://oase.kompas.com/read/xml/2009/10/22/02062820/Penerapan.Kurikulum.Bahasa.Osing.Terkendala)
No comments:
Post a Comment