
Saturday, 07 November 2009 |
JAKARTA(SI) – Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berupaya agar peran Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) bisa mengurus komoditas pangan strategis selain beras.
Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, banyak pihak yang mengharapkan peran Bulog tidak hanya mengurusi beras saja.Peran Bulog diminta kembali seperti semula, yaitu menangani bahan pangan strategis lainnya, seperti gula. ”Saya akan mencoba membantu.
Kalau ini membawa manfaat,kenapa tidak?”paparnya di Jakarta belum lama ini. Dia menjelaskan, harga komoditas pangan dan gula menjadi mahal karena tidak ada institusi yang mengatur mekanisme pemasarannya, seperti halnya pada beras.Karena itu,usulan mengenai sinergi antara produsen dan distributor BUMN juga akan lebih ditingkatkan lagi sehingga bisnis gula diharapkan bisa lebih sehat dan efisien.
Bahkan, jika dimungkinkan kendali gula impor akan lebih diketatkan. ”Sehingga kalau trading policynya dipegang secara lebih ketat oleh pemerintah,termasuk kaitannya dengan HPP (harga pokok produksi) akan menyebabkan industri gula BUMN berani melangkah untuk serius revitalisasi,”tuturnya.
Menurut Mustafa, jika kepastian pasar tidak dalam genggaman pemerintah,para produsen kurang berani untuk berinvestasi.Akibatnya, alokasi kredit yang ada di perbankan tidak bisa digunakan secara efektif. Mengenai kredit,pihaknya juga akan mempercepat peningkatan pemberian kredit usaha rakyat (KUR) untuk menggenjot produksi pangan di dalam negeri.
”Dengan peningkatan KUR, para petani tidak akan tergantung pada uang talangan pabrik gula,”ujarnya. Pemerintah, sudah memberikan bantuan berupa subsidi bunga untuk revitalisasi pabrik gula dan pupuk. Bahkan, pemerintah juga berencana menyiapkan dana penjaminan KUR sebesar Rp2 triliun setiap tahun dengan rasio giring 10 kali lipat.
”Sekarang ini KUR dan KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) kita gandeng untuk hulu dan suplai bahan baku sehingga dapat diperbesar porsi bantuannya,” tuturnya. Selama ini yang menyalurkan kredit untuk petani adalah bankbank pelat merah, seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Bukopin, Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Mandiri.
Ke depan, dia berharap perbankan swasta juga masuk untuk memberikan kredit kepada rakyat. Sedangkan, BUMN asuransi yang berperan sebagai penjamin adalah PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo).
Fokus Empat Pabrik Gula
Kementerian Negara BUMN memprioritaskan pembangunan empat pabrik gula baru dari rencana 11 unit pabrik gula yang akan dibangun hingga 2025 mendatang. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri dan mencapai swasembada gula. ”Pabrik yang akan dikembangkan 11 unit yang sudah pipeline empat. Bahkan, satu pabrik di Banyuwangi sudah berjalan,” tukas Mustafa.
Dia menuturkan,tim gabungan antara Kementerian Negara BUMN dan Departemen Perindustrian, sedang melakukan kajian mengenai pembangunan pabrik itu,diberi waktu selama dua pekan untuk menyerahkan konsep revitalisasi pabrik gula pada 21 November 2009. Konsep revitalisasi pabrik gula itu melingkupi pembangunan pabrik,areal lahan tebu,skema pembiayaan, teknologi maupun produksi.
Selanjutnya, setelah konsep itu masuk, pihaknya akan kembali duduk bersama untuk membuat kebijakan mengenai pemasaran gula dengan Menteri Perdagangan. ”Supaya revitalisasi ini berani dilakukan BUMN, tentu harus ada policy marketing yang membuat mereka lebih secure (terjamin),” imbuh dia. Menurut dia, dengan adanya pabrik gula baru dapat meningkatkan produksi gula konsumsi maupun industri di dalam negeri.
Pihaknya menargetkan pada 2025 mendatang, produksi gula konsumsi sebesar 5,6 juta ton per tahun.Volume produksi gula konsumsi tahun ini hanya sekitar 2,7 juta ton. Sedangkan, gula industri ditargetkan sebesar 3,3 juta dari posisi saat ini 2,1 juta ton. Hingga saat ini produksi gula konsumsi berasal dari tujuh pabrik di dalam negeri,yakni PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN XI, PTPN XIV dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Sedangkan, produksi gula industri berasal dari tujuh pabrik BUMN dan tujuh pabrik swasta. Di Yogyakarta, Menteri Perindustrian (Menperin) MS. Hidayat mengatakan pihaknya akan menyelesaikan blue print revitalisasi gula dalam waktu dekat. ”Blue print kita targetkan selesai 2-3 minggu ini,”ucapnya kemarin.
Selain program revitalisasi pabrik gula dan pupuk, Deperin juga akan menetapkan kawasan ekonomi khusus di beberapa daerah yang sudah siap infrastruktur dan pelabuhan. ”Nanti akan ditetapkan dalam cluster industri dan kemungkinan koridor kawasan ekonomi khusus tersebut adalah di timur Sumatera,Pantura Jawa Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Untuk Papua Merauke akan ditetapkan food estate,”ungkap MS Hidayat. (j erna)
(dari http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/282416/)
No comments:
Post a Comment