Saturday, 9 January 2010
Pria Penyuka "Jajan" Itu Terpaksa Hidup di Bekas Kandang Sapi
koranisun.com — Malang nian Rubiono (32), warga Jalan Mojopahit RT 2/RW 4 Kelurahan Gedog, Sananwetan, Kota Blitar. Dia diduga terkena virus HIV/AIDS, tidak bisa berjalan, dan ditelantarkan keluarga. Akhirnya, duda cerai dengan dua anak itu dirawat warga setempat di bekas kandang sapi di samping Gedung TK Al Hidayah.
Menurut keterangan tetangga Rubiono, Nurhadi (50), Jumat (8/1/2010), sejak beberapa waktu silam, Rubiono bekerja di Palembang. Kemudian, sekitar sepekan lalu, mantan suami Agus Widyaningsih tersebut pulang dari Palembang dalam kondisi sakit parah.
Rubiono kala itu menuju rumah bibinya, Ny Parmi (60), yang sehari-hari berjualan nasi pecel. “Di sana Rubiono sakitnya tambah parah. Karena suara batuknya mengganggu pembeli di warung bibinya, maka dia berniat tinggal di rumah adiknya, Ny Anik, di Nganjuk,” ungkap Nurhadi.
Namun, setelah tiga hari di Nganjuk, ternyata adiknya juga sakit sehingga Rubiono memutuskan kembali ke Blitar. Sepulang dari Nganjuk itulah sakitnya tambah parah sehingga tidak bisa berjalan alias lumpuh.
Sesampainya di Blitar, bapak dua anak–Anik Suryani (9) dan Ana Widyastuti (8)–ini tidak menuju rumah bibinya karena sang bibi sudah tidak lagi mau menerima. Padahal, Rubiono tidak lagi punya keluarga lain di Blitar karena orangtua dan saudara-saudaranya berada di Irian Jaya.
Sementara itu, setelah bercerai, bekas istri Rubiono dan dua anaknya pindah ke Banyuwangi (tempat asal mantan istri Rubiono). “Saya kasihan, apalagi dengan kondisinya yang seperti itu tidak memungkinkan dia tinggal di masjid,” tutur Nurhadi.
Pria ini kemudian teringat bahwa di atas tanah keluarganya, tepatnya di samping TK Al Hidayah, ada bekas kandang sapi yang sudah lama tidak digunakan. Nurhadi pun menawarkan Rubiono untuk tinggal sementara di sana sampai ada upaya perawatan dan bantuan lebih lanjut.
Karena tidak punya pilihan lain, Rubiono bersedia tinggal di bekas kandang sapi berukuran sekitar tiga kali empat meter tersebut, yang berlantai semen dan berdinding tripleks, serta berlokasi di tepi sungai kecil.
“Kondisinya memang demikian, tapi memang tidak ada pilihan lain,” ujar Nurhadi.
Rubiono ketika diwawancara mengaku mulai mengalami sakit batuk-batuk sudah sekitar setahun silam atau sejak masih bekerja di Palembang sebagai kuli angkut. Ketika pulang ke Blitar, sekitar enam bulan lalu, Rubiono sempat berobat ke RSK Budi Rahayu Blitar dan oleh dokter dinyatakan menderita sakit TBC.
“Setelah itu, saya berobat jalan di Puskesmas Sananwetan, tapi tidak kunjung sembuh, kemudian kembali lagi ke Palembang sampai akhirnya dipulangkan majikan seminggu lalu,” papar Rubiono, sambil menahan rasa sakit di perut.
Senang "jajan"
Melihat gejala sakitnya—badan semakin kurus, tinggal kulit dan tulang, disertai mencret—ditambah adanya kebiasaan Rubiono senang "jajan" di lokalisasi pelacuran, beberapa warga menduga dia terkena virus HIV dan mengidap AIDS. Paman Rubiono, Sutejo (52), misalnya, menjelaskan bahwa ketika tinggal di Blitar maupun di Irian Jaya, keponakannya tersebut diketahui sering "jajan" ke lokalisasi.
“Karena itu kami curiga. Jangan-jangan dia terkena AIDS yang tentu bisa menular kalau penanganannya salah,” tandasnya.
Beberapa hari setelah Rubiono tinggal di bekas kandang sapi, Ketua RT 2/RW 4 Kelurahan Gedog, Sananwetan, Gunawan, dan beberapa warga sudah membicarakan masalah ini. Mereka pun berencana segera melapor ke pihak kelurahan dan puskesmas. “Tujuannya supaya Rubiono dirawat dan diobati secara layak, apalagi sakitnya sekarang tambah parah,” ungkap Nurhadi.
Diwawancara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Blitar dr Ngesti Utomo menegaskan bahwa orang sakit seperti Rubiono tidak boleh dirawat di bekas kandang sapi. Dia minta, pihak pengurus, baik RT/RW maupun kelurahan segera melapor ke puskesmas.
“Agar segera diberi perawatan di puskesmas atau di rumah sakit. Kalau memang tidak mampu, bisa dirujuk ke RSUD Mardi Waluyo,” katanya. (ais) dari kompas.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment