TEMPO Interaktif, Banyuwangi - Pertunjukan wayang kulit berlakon 'Janoko Gugat' menjadi ritual pembuka perayaan ulang tahun Klenteng Ho Tong Bio ke-226 oleh warga Tionghoa, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pertunjukan wayang dengan dalang Puryadi Sudarmojo dari Sanggar Singopubro tersebut, digelar mulai pukul 19.00 WIB di depan Klenteng Ho Tong Bio, Kelurahan Karangrejo, Banyuwangi.
Selain warga Tionghoa, masyarakat asli Banyuwangi di sekitar Klenteng antusias menonton pagelaran wayang tersebut.
Klenteng Ho Tong Bio (Kuil Perlindungan Chinese) didirikan pada 1784. Klenteng ini merupakan tempat suci tertua yang dipersembahkan untuk Konco, leluhur dewa yang bergelar 'Leluhur Balemboan' atau 'Wainanmeng Gongzu'.
Ketua Seksi Ritual Indrana Cahyono menjelaskan, pagelaran wayang kulit jawa dalam perayaan ulang tahun klenteng sudah dilaksanakan turun-temurun. Wayang kulit jawa dipilih, karena memiliki filosofi sama dengan kepercayaan mereka. "Wayang mengajarkan bahwa manusia harus patuh terhadap hukum dari langit dan di bumi," katanya kepada Tempo, Jumat (12/3).
Wayang kulit, dia melanjutkan, dulunya sangat digemari oleh kakek dan orang tua mereka. Banyak pendahulu Tionghoa yang memahami alur cerita wayang yang disampaikan dalam bahasa Jawa itu.
Namun, sejak pembatasan warga Tionghoa oleh Pemerintah Orde Baru selama 32 tahun, pagelaran wayang di kalangan Tionghoa ikut tiarap. Kini, wayang kulit yang mulai dipentaskan lagi sejak 1999, tak lagi jadi primadona. Ditanggap, hanya sebagai kelengkapan ritual. "Peninggalan leluhur harus tetap dilaksanakan," ungkapnya.
Selain wayang kulit, serangkaian acara sudah disiapkan hingga Ahad (14/3) lusa. Yakni, mulai donor darah massal, pertandingan bulu tangkis, futsal, tenis meja, pembagian sembako, dan kirab tolak balak.
IKA NINGTYAS
 
No comments:
Post a Comment