Monday, 9 November 2009

Kepahlawanan Pasukan ALRI 0032




Koranisun.com | Apabila kita menuju pantai boom (pelabuhan) di kota Banyuwangi, melewati bioskop Irama dan sampai pada pos polisi, maka akan ada jalan belok ke kanan. Kalau kita menyusuri jalan itu, tidak terlalu jauh kita akan menemukan sebuah tempat pemakaman dengan bangunan kapal selam yang menghiasinya. Makam-makam siapakah itu? Pertanyaan kita akan terjawab setelah membaca papan yang tertulis di tempat masuk pemakanan tersebut.

Pemakaman itu adalah makam para anggota Pasukan ALRI (sekarang TNI-AL) 0032. Pasukan yang dipimpin oleh Komandan pasukan Letnan Muda Soelaiman yang sebagai bagian anggotanya berasal dari Kaigun Kokusyo Morokrembangan Surabaya (Penerbangan Angkatan Laut pada pendudukan Jepang di Indonesia). Pasukan ini diberangkatkan dari Batu, Malang pada bulan September 1946 ke Pangkalan X Banyuwangi dengan tugas utama untuk mempertahankan Pelabuhan Banyuwangi dari ancaman agresor Belanda. Letnan Muda Soeleman sendiri mulai memimpin susunan organisasi pasukan ini yang seksi-1nya dibagi menjadi 4 regu dan anggota keseluruhannya 44 orang.

Kisah Kepahlawanan


Tanda-tanda Pasukan Belanda akan mengadakan pendaratan di pantai Banyuwangi sudah dapat diduga sebelumnya. Karena pada bulan Juli 1947 terutama pada malam hari sering terlihat adanya perahu layar mendekati sepanjang pantai Banyuwangi. Setelah dilepaskan tembakan oleh pasukan keamanan kita, mereka segera menurunkan layar dan ganti menghidupkan mesin lalu lari menghilang. Hal ini kemungkinan pulau Bali sudah dikuasai Pasukan Belanda. Mulai saat itu pasukan kita telah mengantisipasi dengan membentuk kantong-kantong pertahanan dan perlawanan disepanjang pantai Banyuwangi.
Pada tanggal 21 Juli 1947 anggota Pasukan ALRI 0032 dibawah komandan Seksi-1 Letnan Muda Soeleman perhatiannya tertuju pada sebuah motor boat yang sedang berkeliaran di muka pelabuhan yang terlihat akan melakukan pendaratan. Menjelang matahari terbit serta merta perhatian pasukan ALRI 0032 dialihkan ke front barat (darat), karena dikejutkan oleh suara tembakan dari arah kota ke arah pelabuhan. Dugaan waktu itu adalah tembakan dari teman TRI yang bermarkas di Inggrisan, akhirnya Komandan regu-2 Sersan Mayor Poedjiardjo lari naik tanggul melambai-lambaikan bendera merah putih ukuran kecil sambil teriak “Teman sendiri bung, jangan tembak !”. Menghadapi situasi yang demikian, Letnan Soelaiman menelpon pasukan ALRI yang ada di pantai Sukowidi ternyata yang menerima pasukan Belanda. Berikutnya menghubungi pasukan TRI yang ada di Inggrisan, Asrama ini pun telah dikosongkan. Mereka telah mengundurkan diri ke pedalaman tanpa memberi tahu pasukan ALRI 0032 yang sedang tugas di pelabuhan.
Setelah menembak dari darat melewati jembatan masuk pelabuhan, nampak jelas mereka bukan pasukan TRI, namun pasukan KNIL Belanda dengan pakaian dorengnya. Menghadapi situasi yang gawat ini, tiada pilihan lain bagi anggota pasukan ALRI 0032 kecuali harus berjibaku wajib melawannya. Dari arah laut ditembaki kapal Belanda, dari arah barat (darat) diberondong senapan metraliur dan mortir dan dari udara dihujani bom oleh pesawat udara. Letnan Soelaiman berteriak memerintahkan Serma Ahmad Adji menembakkan pom-pom dan Siroes menembakkan metraliur sedangkan kepada anggota yang lain diperintahkan menembakkan ke arah pasukan KNIL untuk membendung gerakan maju pasukan musuh.
Pertempuran mencapai klimaknya, karena jarak kedua pasukan sudah sangat dekat hanya ratusan meter saja. Korban dari kedua belah pihak mulai berjatuhan tertembus peluru. Pertempuran mengadu nyawa ini berlangsung sekitar 2 jam, sampai anggota Pasukan ALRI 0032 kehabisan peluru sama sekali. Akhirnya Letnan Soelaiman memerintahkan anggota, agar segera menyeberangi teluk yang lagi pasang sebelah selatan pelabuhan untuk meloloskan diri. Mengingat medannya terbuka, maka musuh dapat melihat dengan jelas akibatnya mereka ditembaki mortir dari arah kota dan metraliur dari jembatan masuk kota. Pada saat ini Pasukan ALRI 0032 sudah banyak jatuh korban, kurang lebih hanya separohnya yang berhasil dapat meloloskan diri dari kepungan musuh. Air teluk berubah menjadi merah karena simbahan darah. Dengan mengangkat tangan 22 anggota yang tersisa terpaksa menyerah. Dalam keadaan kehabisan tenaga dan diantaranya ada yang terluka, mereka dikumpulkan dan disuruh telanjang bulat digiring dengan berbaris menuju pos yang terletak di pertigaan jalan dalam pelabuhan. Satu persatu mendapat pertanyaan dan siksaan berupa pukulan-pukulan diluar batas perikemanusiaan, lebih-lebih siksaan yang dialami Komandan seksi Letnan Soelaiman dan Sersan Mayor Basri, disamping pukulan-pukulan juga dipaksa makan uang ORI dan kertas surat kabar Merdeka yang terbit waktu itu.
Selanjutnya kurang lebih pukul 18.30 mereka digiring ke pinggir laut selatan asrama Pasukan ALRI 0032 sendiri, disana terdapat lubang bekas tempat pom-pom. Pasukan Belanda tidak peduli keadaan tawanannya, mereka tetap dipaksa berjalan mendekati lubang tersebut. Di dalam lubang inilah disuruh duduk berderet tapal kuda, tangan ditaruh kebelakang diikat dengan tali dan digandeng satu sama yang lainnya. Merasakan siksaan yang sangat berat ini Letnan Soeleman mengajukan protes keras. Namun protes hanya mendapat jawaban berupa kokangan stengun 9 mm yang kemudian diberondongkan dari arah belakang, maka bergelimpanganlah tubuh mereka tumpang tindih bersimbah darah. Dalam berondongan senapan ini ada yang langsung gugur, ada pula yang masih hidup merintih dan berteriak minta ditembak lagi. Ada pula yang sudah luka parah tetapi dia pura-pura mati. Mereka yang masih hidup seluruh kujur tubuhnya penuh darah baik dari lukanya sendiri maupun percikan darah dari rekan-rekannya. Oleh karena pasukan Belanda mengira sudah mati semuanya lalu ditinggalkan begitu saja. Dalam peristiwa ini 16 Kusuma Bangsa gugur dan 6 anggota masih hidup yang pada malam harinya ketika keadaan sunyi sepi satu persatu saat mereka sadar melarikan diri. Dalam upaya melarikan diri tersebut satu dengan yang lain tidak mengetahui bahwa ada rekannya yang lain juga masih hidup karena waktunya tidak bersamaan. Saat itu hanya berpikir hanya saya sendiri yang masih hidup dan lari dengan kekuatan yang tersisa untuk menyelamatkan diri.

(dikutip dari majalah Cakrawala TNI-AL yang diceritakan kembali oleh Pramudji di beta.tnial.mil.id | gambar dari kaskus.us)

No comments:

Post a Comment