Tuesday, 24 November 2009

Ombak 2 Meter Selat Bali




BANYUWANGI – Cuaca Kota Gandrung dan sekitarnya diprediksi kurang bersahabat beberapa hari mendatang. Hujan disertai angin kencang besar berpeluang terjadi di daerah ini. Tidak hanya itu, ketinggian ombak juga patut menjadi perhatian bagi nelayan dan operator pelayaran.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi mencatat, ada peningkatan kecepatan angin dalam beberapa hari terakhir. Kecepatan angin antara 5 Km per jam hingga 35 km per jam. Situasi ini akan membawa dampak pada gelombang permukaan air laut.

Di Selat Bali, tinggi ombak mencapai 0,3 meter hingga 2 meter. Sedangkan di Samudera Indonesia, tinggi ombak bisa mencapai 2,5 meter. Karena itu, BMKG meminta operator pelayaran dan nelayan di Selat Bali mewaspadai peningkatan tinggi ombak tersebut.

Kepala Teknis BMKG Banyuwangi, Mawardi meminta agar aktivitas pelayaran dihentikan bila kondisi cuaca tidak memungkinkan. Dalam musim peralihan ini, ombak bisa saja lebih tinggi dari kondisi normal. Hal tersebut bisa membahayakan keselamatan pelayaran.

Dia juga mengingatkan akan seringnya turun hujan. Meski sejauh ini, hujan masih dalam bersifat lokal dengan intensitas ringan sampai sedang. Kondisi ini perlu diantisipasi dengan kewaspadaan terhadap banjir. Terlebih lagi bila hujan terjadi di laut. Jarak pandang pelayaran menjadi terbatas.

Kepala Syahbandar Ketapang, Roetedjo mengatakan, hingga saat ini cuaca masih bagus dan tidak mengkhawatirkan bagi keselamatan pelayaran. Meski demikian, Syahbandar mengaku terus meningkatkan kewaspadaan dengan kemungkinan terjadinya cuaca buruk. “Sekarang cuaca bagus dan tidak ada masalah untuk pelayaran,” ujar Roetedjo saat dikonfirmasi tadi malam (22/11).

Sementara itu, arus lalu lintas jalan Yos Sudarso Banyuwangi sempat terganggu Sabtu malam (21/3). Penyebabnya, air sungai meluap dan meluber ke jalan raya.

Meski hujan yang turun tidak terlalu deras, luapan sungai kecil itu sempat memacetkan arus lalu lintas. Semua kendaraan yang melintas di jalan tersebut terpaksa berjalan merayap. Tidak hanya air yang meluber. Beberapa batang kayu juga ikut hanyut merintangi jalan. Bahkan, beberapa sepeda motor terlihat mogok karena mesinnya kemasukan air.

Melubernya sungai itu sebenarnya sudah menjadi setiap tahun. Penyebabnya, gorong-gorong yang melintas di bawah jalan tersebut terlalu kecil. Gorong-gorong itu tidak sebanding dengan debit air yang mengalir. Apalagi, aliran sungai itu kerap membawa kotoran. “Sudah waktunya, pemerintah memperhatikan sungai itu,” ujar Supo, warga Sukowidi.

Air yang meluber ke jalan itu merupakan air hujan yang terjadi di Kelurahan Kalipuro. Meskipun di Sukowidi tidak terjadi hujan besar, debit air yang mengalir ternyata cukup besar.

Tahun sebelumnya, luapan air sungai itu sempat menggenangi puluhan rumah warga. Akhirnya, warga membangun pagar yang lebih tinggi agar air tidak masuk ke dalam rumah. “Kalau tembok pagar tidak ditinggikan, pasti rumah sudah kemasukan,” tegas Supo.

Melubernya air sungai itu langsung diantisipasi warga. Puluhan warga langsung bergotong royong mengangkat sejumlah kotoran dari sungai tersebut. Jika warga tidak cepat beraksi, luapan air sungai itu bisa terjadi hingga pagi. Namun setelah beberapa kotoran diangkat dari sungai, aliran air langsung lancar. (nic/afi/bay)

Sumber Radar Banyuwangi

No comments:

Post a Comment