Monday, 28 December 2009

Di Hong Kong, Menaker Muhaimin Didemo TKW




HONG KONG - Belum genap 100 hari dilantik sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, langsung tancap gas. Kali ini yang jadi kunjungannya, selama kemarin di Hong Kong dan Macao, tempat terdapat lebih dari 130 ribu TKI di sana.

Dalam Kunjungan ini, keponakan Gus Dur itu mencoba mengurai carut-marutnya masalah TKI di sana yang kerap dikeluhkan banyak pihak. Mulai biaya penempatan yang mahal, gaji yang masih sering di bawah standar, sampai tuntutan pembubaran pungli TKI di berbagai bandara. Acara tersebut dikemas dalam dialog beberapa organisasi TKI/TKW yang ada di sana di KJRI Hong Kong.

’’Pak, sepertinya ganti menteri, nasib kami TKW ya tidak baik-baik. Mau ke Hong Kong masih bayar HKD (Hong Kong Dollar’s) 21 ribu. Padahal UU No 29 tahun 2004 sudah mensyaratkan TKW yang ke Hong Kong tidak boleh membayar lebih dari HKD 9 ribu. Begitu juga di Taiwan yang mahal, masak gak pernah selesai?” tanya Sringatin, ketua Indonesian Migran Workers Union di KJRI kemarin.

Masalah lainnya adalah rentetan penganiyaan para TKI di luar negeri yang kerap membawa cerita buram setibanya di tanah air. Bahkan, tidak sedikit di antara perwakilan tersebut meminta agar seluruh perwakilan Indonesia yang ada di luar negeri mengumumkan daftar para agen, PJTKI maupun majikan yang bermasalah dan sering melanggar hak para TKI.

’’Kalau seperti itu dijalankan, pasti calon tenaga kerja dari Indonesia gak mau berhubungan dengan pihak-pihak seperti itu,” pinta Ariyo Adityo, koordinator Asian Migran Care-salah satu organisasi buruh yang mengawasi nasib para TKI di Indonesia.

Mendengar rentetan pertanyaan sekaligus tuntutan tersebut, Muhaimin mencoba menampung semua permasalahan agar bisa menjadi bahan pertimbangan bagi perbaikan nasib para pahlawan devisa. ’’Percayalah, niat pemerintahan SBY baik untuk mengurus para TKI, tapi beri waktu untuk melakukan pendataan. Kami mencoba dalam 100 hari ini, sudah ada langkah pasti untuk masalah itu,” paparnya saat diberondong berbagai tuntutan tersebut.

Mengenai penempatan TKI yang mahal di luar negeri, pemerintah mencoba mengatasi dengan mengurangi biaya kursus maupun pelatihan bagi para TKI berpengalaman agar tidak mulai belajar dari awal. Sekaligus membuat sentra pelatihan sampai ke pelosok kabupaten dalam 5 tahun ini. Sehingga calon TKI tidak perlu meninggalkan rumahnya terlalu jauh.

Sedangkan tuntutan pengumuman pihak yang bermasalah terhadap TKI, Muhaimin berupaya mengkoordinasikan dengan seluruh perwakilan RI di luar negeri, khususnya yang jadi negara tujuan TKI. ’’Di Malaysia kami sudah meminta KBRI di sana untuk melakukan itu, dan Insya Allah, negara lain akan menyusul. Memang masalah TKI cukup berat, tapi sebagai menteri saya telah mendapat instruksi Presiden SBY untuk menyelesaikan masalah ini agar mereka tidak bermasalah di luar negeri. Caranya dengan memberi pelatihan program Sejuta Enterpreneurship bagi yang sudah pulang,” papar Muhaimin.

Namun, oleh beberapa perwakilan TKI, jawaban politisi dari PKB itu masih dinilai hanya sekedar di permukaan. Tidak menyentuh pada esensi masalah yang ada. ’’Dari dulu, sejak ganti menteri sampai presiden, masalahnya terus ada. Buktinya saya yang baru pulang ke Jakarta, eh masih ada pungli,” ungkap Sarinten salah satu TKW asal Banyuwangi tentang pengalamannya di luar negeri.

Tak heran, kunjungan kali pertama Muhaimin Iskandar sebagai Menakertrans di Hong Kong mendapat aksi demo di depan KJRI. Pendemo menilai kunjungan itu tidak ada artinya.

Selain itu, Muhaimin juga menyempatkan mengunjungi Victoria Park, ’’markas besar’’ TKW di Hong Kong. Kunjungan ini tentu saja disambut berbagai cara oleh para TKW. Ada yang menyuguhi makanan maupun mengajak berfoto. ’’Wah, akeh wong Jawa Timur di sini. Piye Mbak, kerasan di Hong Kong?” tanya Muhaimin kepada Yeni, salah satu TKW yang sudah 10 tahun bekerja di Hong Kong.

Namun, di tengah kunjungan ini, ada salah satu TKW secara spontan memberikan kerupuk kepada Muhaimin dan Konjen RI di Hong Kong. ’’Pak, ini saya kasih kerupuk, biar kalau bapak-bapak niat bekerja pasti enak rasanya seperti kerupuk. Tapi kalau gak kerja dan hanya janji-janji saja, gak ada bedanya seperti kerupuk yang melempem ini,” ungkapnya.
Disambut seperti ini, Muhaimin hanya terdiam dan langsung pergi di tengah guyuran hujan Hong Kong. Namun kepada Surabaya Post, Muhaimin mengaku tidak masalah kunjungan ini mendapatkan aksi demo oleh para TKI.

’’Semua pasti ada pro dan kontra. Namun dengan menyediakan waktu khusus kepada mereka, berdialog, dan menerima masukan ini membuat kami tidak duduk seperti di menara gading. Masukan mereka, pasti akan kami tindak lanjuti segera setelah pulang. Mohon bersabarlah, pemerintah sedang bekerja,” katanya kemarin. *

No comments:

Post a Comment