Wednesday, 9 December 2009

Gerakan Uang Receh untuk Prita





Serahkan Celengan, Bocah 6 Tahun Itu Rela Tak Beli Kucing

Prita Mulyasari telah divonis Pengadilan Tinggi Banten membayar ganti rugi Rp 204 juta kepada RS Omni Internasional, Serpong. Karena tak mampu membayar, muncullah gerakan mengumpulkan uang receh untuk membantu dia.
------------------------------ --
AGUNG PUTU I., Jakarta
------------------------------ --

Siang itu (7/12), rumah nomor 60 di Jalan Taman Margasatwa, kompleks Perumahan Wiraguna Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terlihat ramai. Beberapa sepeda motor berjajar di depan rumah di pojok jalan itu.
Di ruang depan lebih ramai. Di ruangan yang menjadi semacam front office tersebut, ada dua meja mungil yang dirapatkan menjadi satu garis lurus. Itu dilakukan agar daya tampungnya lebih besar.
Di atas meja, diletakkan wadah uang receh. Ada toples, bekas tempat makanan ringan, hingga celengan berbentuk harimau mengaum sambil duduk. "Belum sempat dibuka. Ditaruh sini dulu," kata Sisilia Pujiastuti, salah seorang relawan yang sedang piket kemarin (7/12).
Rumah tersebut memang menjadi posko pengumpulan sumbangan untuk Prita. Posko tersebut dibuka mulai pukul 09.00 hingga 17.00 setiap hari. Menurut Sisilia, tiap hari yang bertugas berganti-ganti, bergantung kesediaan waktu para relawan.
Sebagaimana diberitakan, kasus Prita tersebut bermula ketika dirinya menuliskan keluhan di e-mail tentang pengalaman buruknya selama berobat di RS Omni. Pihak RS Omni tidak terima dan membawa kasus tersebut ke ranah hukum. Kasus itu ditangani secara perdata dan secara pidana.
Khusus di ranah perdata, di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Prita divonis denda Rp 312 juta pada Mei lalu. Dia pun mengajukan banding. Namun, di tingkat Pengadilan Tinggi Banten, dia juga kalah dan diharuskan membayar denda Rp 204 juta. Saat ini, Prita sedang berupaya mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.
Meski nilai dendanya di tingkat PT lebih rendah daripada di tingkat PN, bagi Prita uang ratusan juta tersebut tetap saja cukup besar. Karena itu, muncullah aksi solidaritas tersebut dengan mendirikan posko-posko.
Sisilia menambahkan, posko itu tidak memiliki jam kerja. Untuk menyerahkan sumbangan, harus berjanjian dulu. "Sebab, kalau siang kan mereka kerja. Mereka hanya menyediakan rumahnya jadi tempat pengumpulan sementara," katanya.
Selama seharian kemarin, Sisilia benar-benar sibuk. Beberapa paket sumbangan sampai belum dibuka. Waktunya tersita untuk hilir mudik dari ruang tengah dan ruang depan. Saat wawancara, Jawa Pos sampai harus ikut-ikutan hilir mudik mengikuti langkah kaki wanita hitam manis berambut panjang tersebut.
Di ruang tengah, ibu satu anak itu harus menghitung uang receh tersebut sembari menerima telepon dari seluruh penjuru Indonesia. Mereka umumnya menanyakan cara mengirimkan uang itu dan mengajukan diri mendirikan posko penerima sumbangan.
Sementara itu, di ruang depan, dia harus menerima satu demi satu penyumbang yang datang langsung menyerahkan uang koin untuk Prita.
Salah satunya adalah Irmal Idris. Dia mengenakan kaus jingga lusuh bertulisan Barong Banyuwangi. Tangannya yang hitam legam meletakkan kantong plastik di atas meja. "Ini saya mau nyumbang. Jumlahnya nggak tahu, pokoknya nyumbang," ujarnya.
Sisilia lantas menyiapkan tanda terima. Semacam bon yang ditandatangani penyumbang dan penerima sumbangan. Uang receh bawaan Irmal terlihat tak terlalu banyak. Mungkin karena sungkan, Irmal kemudian merogoh lagi kantongnya dan mengeluarkan selembar uang kertas warna biru.
"Saya tambahi Rp 50 ribu deh," ujar pria berkacamata yang datang dari Setu Babakan, Jakarta Selatan, tersebut. Irmal mengungkapkan, dirinya ingin menyumbang karena prihatin kepada Prita.
Tak lama kemudian, dua orang datang. Mereka adalah Sony Kusbiono dan Wiwin Windarti. Mereka membawa anaknya, Anabel La Winson. Anabel yang berusia enam tahun itu membawa celengan berbentuk tabung. Celengan tersebut dibuat dari kardus bekas yang dilapisi kertas kado pink. "Ini tabungan aku untuk beli kucing. Aku sumbangin aja nggak apa-apa," kata Anabel yang empat gigi seri atasnya tanggal itu.
Para penyumbang memang datang dari berbagai kalangan ekonomi dan usia. Selain Anabel dan Irmal, seorang pemulung bernama Mundala ikut menyumbang. Dia mengaku menghimpun dana dari komunitas pemulungnya hingga mencapai Rp 200 ribu. "Kami ikut prihatin," katanya.
Sisilia mengungkapkan, setiap hari tamu yang hadir mencapai 15"20 orang. Jumlah itu terus bertambah seiring banyaknya pemberitaan mengenai kasus Prita. Hingga kemarin, jumlah koin yang diterima posko mencapai Rp 12.330.250. "Ini perhitungan terakhir hingga sore. Belum semua. Ada beberapa yang masih belum dihitung," ungkapnya.
Sampai kapan membuka tempat pengumpulan sumbangan" Sisilia tak tahu pasti. Dia menyatakan, hingga jumlahnya bisa dipenuhi, pengumpulan sumbangan akan dihentikan. "Pokoknya sebanyak-banyaknya dulu lah. Ini kurangnya kan masih banyak," ujarnya.
Sisilia tidak tahu siapa yang mengawali ide pengumpulan koin tersebut. Sebab, ide itu seperti datang ramai-ramai dari para blogger dan anggota berbagai milis.
Samsul Nur Abidin, salah seorang penggagas, menjelaskan, uang koin dipilih agar tidak membatasi para penyumbang dari kalangan tertentu. "Agar semua orang bisa ikut menyumbang. Tidak harus kaya. Bahkan, dengan uang Rp 100 bisa ikut membantu meringankan beban Prita," katanya.
Menurut dia, ada sejumlah penyumbang yang mengeluh tidak ada rekening yang dibuka untuk menyalurkan sumbangan. "Memang kami sengaja tidak buka rekening. Sebab, kami fokus pada dukungan moral kepada Prita," tegasnya.
Posko solidaritas untuk Prita juga didirikan di beberapa lokasi di Jakarta dan sekitarnya. Di antaranya di Jalan Pekojan 45, Empang, Bogor; Medang Lestari Tangerang D III B 103; serta beberapa daerah lain. Salah satunya di Lampung.
Kemarin, sejumlah aktivis yang tergabung dalam Solidaritas Perempuan Lampung Peduli Prita mengumpulkan uang receh di beberapa lokasi. Di antaranya di Terminal Pasar Bawah, Ramayana, dan Tugu Adipura Bandar Lampung.
Dari aksi yang dimulai pukul 16.00 itu, dalam sejam, terkumpul uang receh Rp 1.250.500. Selanjutnya, uang tersebut diserahkan kepada bapak mertua Prita, Sukemi, yang tinggal di Jl Pulai Bacan, Mekarsari, Tanjungkarang Timur. Rumah tersebut lantas dijadikan posko pengumpulan uang receh untuk Prita.
Daerah lain yang juga menggalang aksi solidaritas untuk Prita, antara lain, Solo, Makassar, Jogja, dan Surabaya. (dibantu jpnn/kum) (scorpions)

No comments:

Post a Comment