BANYUWANGI – Seperti prediksi sebelumnya, megaproyek pelabuhan Boom Banyuwangi benar-benar meleset dari rencana awal. Hingga kemarin (7/1), proyek yang didanai APBD Jawa Timur (Jatim) senilai Rp 44 miliar itu belum rampung.
Seharusnya, proyek pengerukan muara pelabuhan itu sudah tuntas 31 Desember 2009. Namun, kenyataan di lapangan, proyek yang dikerjakan tiga perusahaan itu baru mencapai 70 persen.
Molornya pengerjaan proyek yang dianggarkan melalui perubahan anggaran keuangan (PAK) APBD Jatim 2009 itu diketahui saat rombongan anggota Komisi D DPRD Jatim melakukan kunjungan kerja (kunker) ke proyek kemarin pagi. Saat berada di lokasi, para wakil rakyat itu melihat beberapa kegiatan proyek yang sedang dikerjakan.
Proyek yang molor itu sempat dipertanyakan anggota DPRD Jatim. Menjawab beberapa pertanyaan, pejabat teknis Dinas Perhubungan (Dishub) dan LLAJ Pemprov Jatim langsung memberikan penjelasan panjang-lebar. Tim teknis menyatakan bahwa molornya pengerjaan, karena kedala teknis. Kendala tersebut tidak bisa diselesaikan secara teknis, karena menyangkut alam.
Tim teknis dari Bidang Perhubungan Dishub dan LLAJ Jatim berjanji segera menuntaskan proyek tersebut. Dalam waktu dua minggu lagi, dijanjikan rampung 100 persen.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Jatim Imam Ghazali Aro mengatakan, kunker anggota Komisi D yang dipimpinnya itu untuk memastikan pelaksanaan proyek tersebut. Dalam PAK APBD 2009, Pemprov mengucurkan dana Rp 44 miliar untuk pengerukan muara pelabuhan Boom Banyuwangi. Sebelumnya, Komisi D mendapat laporan bahwa proyek itu belum bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya memutuskan datang ke Banyuwangi untuk melihat langsung perkembangan proyek.
Hasilnya, laporan masyarakat itu benar. Manfaat dari proyek itu belum dapat dirasakan masyarakat, karena memang belum selesai. Keterlambatan itu, kata Imam, sudah dijelaskan tim teknis karena kendala alam. “Tim teknis janji menyelesaikan dalam waktu dua minggu lagi,” ungkapnya.
Keterlambatan itu masih bisa ditoleransi, lanjut dia, karena kendala alam yang tidak bisa diselesaikan secara teknis pula. Meski begitu, Imam mengajak semua elemen masyarakat untuk mengawasi bersama. “Apakah dalam waktu dua minggu yang dijanjikan bisa diselesaikan ataukah tidak,” ujarnya.
Anggota DPRD Jatim menilai, jika sudah rampung, proyek itu akan bermanfaat besar untuk rakyat Banyuwangi dan Jatim. Ke depan, pelabuhan Boom diproyeksikan sebagai pelabuhan rakyat dan kapal perintis antarpulau.
Irwan Setyawan, anggota DPRD dari daerah pemilihan (dapil) III Jatim yang meliputi Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso mengungkapkan, pelabuhan Boom sesuai rencana akan digunakan untuk melayani rute pelayaran regional Banyuwangi-Sumenep, Madura, dan Banyuwangi-Bali.
Pada tahun 2005, beber Irwan, proyek pelabuhan Boom didanai APBN senilai Rp 1 miliar untuk pembangunan dermaga. Pada tahun 2008, APBD kembali mengucurkan dana Rp 3,6 miliar untuk mempercepat operasional pelabuhan. “Pemerintah pusat menargetkan, pelabuhan ini beroperasi pada tahun 2008,” terang politisi PKS tersebut. Namun target tersebut meleset, karena terjadi pendangkalan di muara pelabuhan.
Pada tahun 2002, Menteri Perhubungan mengeluarkan Peraturan Nomor 56 tentang pelimpahan pengelolaan pelabuhan kepada Pemprov Jatim. Pada tahun 2009, beber Irwan, anggaran APBD Jatim mengucur dalam dua tahap. Tahap pertama, dana yang mengucur dari APBD Rp 800 juta. Tahap kedua, mengucur dari APBD perubahan sebesar Rp 44 miliar. Salah satu sasaran kegiatan yang didanai dari anggaran itu adalah pengerukan muara dengan volume 77.453 meter kubik, pemasangan armor (tetrapot) sebanyak 1.439 buah, dan pemasangan sheet pile beton di 618 titik. “Proyek ini penting diawasi agar benar-benar bermanfaat bagi rakyat,” tegasnya.
Setelah melihat kegiatan proyek, rombongan anggota DPRD Jatim langsung meninggalkan lokasi. Sebelum mengunjungi proyek pelabuhan Boom, mereka sempat menemui Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Nuris di kompleks kantor Pemkab Jl. Ahmad Yani. Selain persoalan proyek Boom, kedatangan para politisi itu juga diwadulibeberapa persoalan proyek Pemprov Jatim di Banyuwangi. (afi/irw) dari laros.org
Asia, Malaysia, Strait of Malacca, northern approaches to Pelabuhan Kelang (north port) (SuDoc D 5.356:71272/996) Indonesia--Malaysia--Philippines, Sandakan Pelabuhan to Sungai Mahakam, including the northern portion of Makassar Strait (SuDoc D 5.356:72014/996)
Indonesia--Malaysia--Philippines, Sandakan Pelabuhan to Sungai Mahakam, including the northern portion of Makassar Strait (SuDoc D 5.356:72014/996) Cilacap (1830-1942): Bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa
Cilacap (1830-1942): Bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa

 
No comments:
Post a Comment