JAWA TIMUR -- Seorang anak pemilik sapi perah mendadak sakit setelah meminum susu segar di Desa Sragi, Songon, Banyuwangi, Jawa Timur, pada 2009. Padahal susu tersebut sudah dimasak. Sudah puluhan anak mengalami kasus serupa.
Hadi Apriliawan merasa penasaran. Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya ini segera mencari referensi mengenai penyebabnya. Dari pencariannya, Hadi menyimpulkan bahwa anak itu sakit akibat susu segar yang dimasak pada suhu 60 derajat Celsius. Pada suhu itu, susu segar masih mengandung berbagai bakteri, meski susu dalam kemasan. Padahal susu yang salah kelola bisa rusak.
Susu menjadi sehat karena bakteri negatif, seperti Coliform, mati. Pembunuhan bakteri sering menggunakan metode thermal atau pemanasan, seperti pasteurisasi, yaitu pemanasan pada suhu 60-100 derajat Celsius. Cara ini tak menghilangkan spora bakteri, walaupun bisa memperpanjang umur simpan susu.
Bahkan sejumlah kandungan dalam susu, termasuk protein whey, terlarut. "Bakteri positif juga terbunuh," kata mahasiswa kelahiran 21 April 1989 ini. "Susu yang baik adalah susu dengan sedikit jumlah bakteri, tidak mengandung spora mikroba patogen...."
Hadi lantas mencoba membuat alat pengolah susu yang aman. Alat pembunuh bakteri tanpa "melukai" bakteri positif. Susu rusak, secara fisik, sebenarnya mudah dikenali dari aroma, rasa, dan bentuk yang menggumpal. Rusaknya fisik susu juga bisa diketahui dari perubahan kimiawi dan organoleptis.
Tapi bakteri negatif dalam susu sulit dideteksi. Padahal bakteri ini umumnya menjadikan zat gizi dalam susu sebagai sumber energi, makanan, atau penunjang perkembangbiakannya. Susu tercemar bakteri jahat bisa semakin rusak apabila cara penyimpanannya salah.
Dalam penelitiannya, Hadi menggunakan bakteri Coliform sebagai indikator polusi, seperti penelitian lain, pada umumnya. Coliform, yang tumbuh baik pada suhu 44-46 derajat Celsius, tetap mampu tumbuh pada suhu -2 ataupun 50 derajat Celsius. Keberadaan bakteri ini menunjukkan besar kemungkinan bakteri membahayakan lain tumbuh subur.
Lima bulan sejak September 2009, satu alat dibuat, yakni Laban Elektrik. Laban merupakan bahasa arab, yang berarti susu. Jika dibuat dalam skala rumah tangga, biaya membuat Laban Elektrik sebesar Rp 3 juta. Alat itu menjadikan Hadi sebagai pemenang lomba Pekan Kreativitas Mahasiswa. Ia masuk 10 besar pemenang acara Pemuda Berprestasi Berbasis Iman dan Taqwa Kementerian Pemuda dan Olahraga dan mendapatkan hadiah Rp 15 juta.
Laban Elektrik sangat sederhana. Sebelum masuk ke alat itu, susu terlebih dulu didinginkan. Susu kemudian dimasukkan dalam tangki bahan. Alat disetel pada tegangan 20-80 kilovolt dan dinyalakan beberapa detik. Semakin rendah tegangan, proses penyalaan alat semakin lama. Setelah alat dimatikan, susu sehat dikeluarkan melalui tempat pengeluaran.
Kejutan listrik tegangan tinggi (pulsed electric field) menyebabkan mikroorganisme yang terkandung pada susu mati. Kematian bisa terjadi akibat aktivitas metabolisme yang sudah tak normal. Kejutan meningkatkan metabolisme tubuh sel terlalu tajam sehingga mengganggu kerja dan fungsi fisiologis sel.
"Kematian mikroba akibat kejutan listrik tegangan tinggi karena dipengaruhi oleh kerusakan struktur sel lain, seperti rusaknya membran sitoplasma sel," kata Hadi. "Alat ini bisa mematikan bakteri negatif dan mempertahankan bakteri positif."
Sistem kejut listrik ini menjadi penyempurna metode thermal yang diteliti seniornya sebelumnya. Alat pengolah susu--metode thermal--dengan sistem kejut listrik ini menguntungkan karena mematikan bakteri dalam waktu singkat, berbiaya murah, dan hemat listrik.
Alat ini tak hanya berlaku pada pengolahan susu, tapi juga pada benda cair lain, seperti minuman atau makanan. Laban menarik minat sebuah perusahaan susu. Hadi pernah ditawari memproduksi alat secara massal. Namun ia menolaknya.
Hadi beralasan masih perlu menyempurnakan tangki bahan agar bisa dibuat dalam skala rumah tangga. Dengan begitu, tetangganya bisa membuat alat ini sendiri. BIBIN BINTARDI | PURWANTO
Empat Bagian Laban
1. Pembangkit listrik tegangan tinggi
Alat ini bisa memproduksi pulsa tegangan 25 kilovolt, terdiri atas transformator fly-back penaiktegangan, penyearah daya DC yang stabil, oskilator sebagai pengatur waktu, dan rangkaian driver penguat arus dari oskilator.
2. Dua tangki bahan (food tank)
Berfungsi sebagai tempat bahan olahan. Tangki pertama sebagai penampung bahan masukan dan tangki kedua sebagai penampung bahan keluaran. Di dalam tangki terdapat pompa celup, yang berguna memompa bahan ke wadah perlakuan. Satu keran berguna sebagai pengatur debit keluaran.
3. Ruang perlakuan (processing room)
Proses pasteurisasi berlangsung menggunakan tegangan tinggi. Dalam pipa dengan panjang alur 30 cm ini terdapat elektroda aluminium untuk mempercepat proses pasteurisasi dengan metode kejut listrik.
4. Meja penyangga
Ini hanya alat pendukung proses pasteurisasi kejut.
No comments:
Post a Comment