Saturday, 6 March 2010

Kebo Iwa - Gajah Mada - Banyuwangi


Pura Gunung Kawi Bali, yang konon dibuat oleh Kebo Iwa
Saat itu kerajaan Majapahit di Jawa yang dipimpin prabu Jayaneara bermaksud menyerang kerajaan Bedahulu di Bali yang dipimpin raja Mayadenawa untuk memperluas kekuasaannya. Namun hal ini bukanlah hal yang mudah, karena kerajaan Bdahulu memiliki patih yang sangat sakti bernama Kebo Iwa. Kesaktiannya belum ada yang menandingi. Kabarnya kalau Kebo Iwa marah maka dari kepalanya akan keluar tanduk seperti kerbau. Meskipun kerajaan Majapahit juga memiliki patih yang sakti bernama Gajah Mada, namun mereka tidak yakin bisa memenangkan pertempuran dengan mudah. Maka raja Majapahit memerintahkan untuk mencari tahu kelemahan Kebo Iwa. 

Akhirnya diketahui bahwa Kebo Iwa sangat menyukai perempuan cantik. Dia bahkan akan rela melakukan apa saja asal bisa mendapatkan wanita yang diingininya. Mka prabu Jayanegara berunding dengan para sesepuh istana untuk menentukan langkah yang harus ditempuh. Akhirnya mereka sepakat untuk pura-pura menjodohkan patih Kebo Iwa dengan seorang gadis cantik. Dan gadis yang dimaksud adalah Dewi Jejawi yang masih kerabat dengan keluarga Majapahit. Dewi Jejawi adalah gadis yang sangat cantik. Dia tinggal di lereng utara gunung Arjuna. Konon katanya sejak lahir Dewi Jejawi ini tidak pernah menyusu pada ibunya tapi menyusu pada kerbau, sapi dan kambing. 

Patih Gajah Mada dan beberapa pengikutnya berangkat ke gunung Arjuna untuk menemui Dewi Jejawi. Mereka disambut langsung oleh sang Dewi. Setelah berbasa-basi, patih Gajah Mada mengutarakan maksud kedatangannya. Dewi Jejawi termenung mendengar permintaan yang berat tersebut. “Baiklah. Jika ini memang untuk kejayaan Majapahit, saya rela melaksanakannya,” kata Dewi Jejawi.
Esoknya, satu armada kapal yang dipimpin oleh patih Gajah Mada bertolak ke kerajaan Bedahulu di pulau Bali. Disana mereka langsung menghadap raja Mayadenawa. “Kami datang jauh-jauh dari pulau Jawa karena ingin menjalin tali silaturahmi dengan kerajaan Bedahulu ini paduka!” kata patih Gajah Mada. “Hmmm, persahabatan seperti apa yang kalian tawarkan?” tanya raja Mayadenawa. “Saya mendengar bahwa patih anda yang bernama Kebo Iwa belum beristri. Maka kami menawarkan seorang dewi dari tanah kami untuk disunting oleh beliau,” kata patih Gajah Mada. Patih Kebo Iwa yang mendengar kata dewi langsung memotong,”Dewi? Cantikkah? Siapa namanya?” “Namanya Dewi Jejawi dan dia termasuk dewi tercantik di tanah Jawa,” kata patih gajah Mada. Patih Kebo Iwa senang mendengarnya. Meskipun ada sedikit kecurigaan namun Kebo Iwa menepiskannya dan dia setuju untuk ikut dengan rombongan Majapahit ke tanah Jawa. 

Maka dengan restu dari raja Mayadenawa, Kebo Iwa berangkat ke Majapahit. Di tengah perjalanan patih Gajah Mada mulai melaksanakan rencananya. Dia mendekati kebo Iwa. “Patih Kebo Iwa, aku dengar bahwa kau sangat sakti. Apakah benar?” tanya patih Gajah Mada. “Hei, kau meragukan kemampuanku? Apa kau mau bertanding denganku?” tantang Kebo Iwa. “Tidak, aku tidak akan sebanding denganmu. Tapi bila kau memang sakti, kamu pasti bisa berenang dari sini hingga ke Banyuwangi,” kata patih Gajah Mada. “Ah itu mudah!” kata kebo Iwa dan tanpa dikomando dia langsung menceburkan diri ke tengah samudra. Patih Gajah Mada memandang kepergian patih Kebo Iwa. Dia yakin patih Kebo Iwa pasti tidak akan sampai ke Banyuwangi dengan selamat. Namun ketika kapal merapat di pelabuhan, patih Kebo Iwa sudah menanti kedatangan mereka dengan senyum penuh kemenangan. 

Dewi Jejawi yang dipertemukan dengan patih Kebo Iwa sangat terkejut melihat tampang patih Kebo Iwa yang sangar dan badannya yang besar ditambah ada dua tanduk menyembul di kepalanya. “Mengerikan,” pikir Dewi Jejawi. Namun dia tetap tersenyum manis kepada patih Kebo Iwa. “Dewi aku senang kau akan menjadi istriku. Kalian ternyata tidak menipuku. Kau memang benar-benar cantik,” kata patih kebo Iwa. Dewi Jejawi berpikir keras bagaimana caranya menggagalkan niat Kebo Iwa untuk memperistrinya. “Kakang Kebo Iwa, saya bersedia menikah denganmu, tapi saya punya satu permintaan. Maukah kakang mengabulkannya?” tanya Dewi Jejawi. “Tentu dewi, apa yang kau inginkan?” kata Kebo Iwa. “Saya hanya ingin dibuatkan sebuah sumur yang sangat dalam, supaya kita tidak kekurangan air segar saat berumah tangga nanti,” kata Dewi Jejawi. “Cuma itu? Gampang! Segera aku buatkan,” kata Kebo Iwa mantap. 

Dewi Jejawi menunjukkan tempat yang harus digali. Kebo Iwa dengan semangat menancapkan kuku-kukunya ke tanah yang berbatu dan mulai menggali. Dia menggali terus sampai para prajurit yang menunggu di atas tidak bisa melihatnya lagi. “Mungkin dia sudah mati,” kata para prajurit. “Timbun dia dengan batu!” perintah patih Gajah mada. Maka para prajurit segera menjatuhkan batu batu besar ke dalam sumur hingga sumur itu kembali rata. “Habislah sudah riwayat Kebo Iwa,” pikir patih Gajah Mada. Namun tidak lama kemudian timbunan itu porak poranda, dan dari dalamnya melesat patih Kebo Iwa yang naik pitam. Kebo Iwa langsung mengamuk dan menewaskan para prajurit Majapahit. Kini tinggal patih Kebo Iwa dan patih Gajah Mada. “Hai Gajah Mada ternyata ini adalah jebakanmu! Kau memang licik! Sekarang aku tidak punya muka untuk kembali ke tanah bali. Jika kau ingin membunuhku, baik aku tunjukan kelemahanku. Tindihlah aku dengan pohon besar yang ada di sebelahmu. Aku lebih suka mati daripada kembali ke Bedahulu dengan menanggung malu!” kata Kebo Iwa. Maka tanpa membuang waktu patih Gajah Mada mengarahkan tenaga dalamnya ke arah pohon besar yang langsung tumbang dan menindih patih Kebo Iwa. Patih Kebo Iwa yang gagah berani ini pun gugur. 

No comments:

Post a Comment