
Foto: Irul Hamdani |
Kondisi ini akan dialami para siswa hingga Sabtu (13/3/2010), setelah mereka pindah gedung sebulan lalu dari SMP Negeri sebelumnya ke sekolah yang ditempati saat ini di Desa Licin, yang jaraknya sekitar 3 Km. Para siswa mengaku dengan kondisi ini tidak membuat nyaman dan mengganggu kosentrasi, apalagi saat ini sedang serius menjalani ujian.
Dari pantauan detiksurabaya.com, karena kecapaian menunduk dalam rentang lama, beberapa siswa memutuskan mengerjakan soal ujian sambil tengkurap. Sungguh jauh dari kondisi belajar yang dianjurkan.
"Ya mengganggu, tidak enak pokoknya," keluh salah satu siswa kelas 8, Rahmat Hidayat, saat ditemui wartawan seusai mengikuti ujian tengah semester, Selasa (9/3/2010).
Meski sadar kekurangan sarana, pihak sekolah mengaku tetap melayani hak para anak didiknya tersebut. Langkah itu ditempuh sambil menunggu permohonan bantauan bangku dan kursi ke Pemerintah Banyuwangi dikabulkan.
"Sudah kita ajukan proposal, semoga segera terealisasi," harap Kepala Sekolah SMP Negeri satu Atap Licin, Muhammad, kepada wartawan di kantornya.
Kondisi para siswa yang belajar secara lesehan ini bermula sejak para siswa pindah dari sekolah sebelumnya. Dari 110 siswa kelas 7, 8 dan 9, hanya siswa kelas 8 yang duduk lesehan karena tidak kebagian bangku dan meja. Selebihnya belajar dengan normal.
Apa yang dialami siswa di SMP Negeri satu atap tersebut bukan hal yang baru lagi di dunia pendidikan Banyuwangi. Sebelumnya, para siswa SD di Kecamatan Kabat, Banyuwangi, mengalami hal serupa. Mereka mengikuti proses belajar mengajar di teras gedung sekolah.
(fat/fat)
No comments:
Post a Comment