SURABAYA – Bank Indonesia (BI) Surabaya memprediksi pertumbuhan kredit perbankan di Jatim tahun 2011 akan berada di kisaran 20% - 23%. Beberapa sinyal positif seperti laju perekonomian Jawa Timur yang masih berada dalam fase ekspansi, serta permodalan bank yang cukup kuat dan stabilnya kondisi likuiditas diyakini mampu mendorong pertumbuhan kredit perbankan tahun ini.
“Pemerintah Jatim sampai saat ini terus menuntaskan berbagai hambatan ikim investasi. Perbankan sendiri cukup responsif dengan kebijakan ini dengan cara menyalurkan kredit kepada konsumen maupun pengusaha,” kata Pemimpim BI Surabaya, Mohammad Ishak, Rabu (26/1).
BI mencatat, penyaluran kredit di Jawa Timur mencapai Rp 154 triliun atau mengalami peningkatan sekitar 20% sepanjang tahun 2010.
Meskipun cukup mentereng, pencapaian kredit tersebut dirasa Ishak cukup rentan terhadap risiko kenaikan harga komoditas dan potensi tekanan inflasi. Selain itu, peran pembiayaan non-bank yang semakin meningkat juga dinilai bisa menghambat pertumbuhan kredit. Beberapa hal tersebut, kata Ishak, bisa memperlambat pertumbuhan kredit hanya berada dikisaran 19%-21%.
Selain itu, ditilik dari wilayah yang terkover, BI mencatat hanya ada 5 daerah yang menjadi pusat penyaluran kredit di Jatim yakni Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang, Kediri. “Jumlahnya 68,72% dari total kredit perbankan di Jawa Timur. Ini artinya perbankan di Jatim belum optimal membiayai potensi ekonomi daerah diluar lima daerah tersebut seperti daerah jalur lintas selatan Pacitan, Lumajang, Banyuwangi,” ujarnya.
Padahal menurut Ishak, daerah-daerah lintas jalur selatan jatim tersebut sudah mempunyai ifrastruktur yang cukup baik seperti pelabuhan dan bandara udara.
Pola lain yang ditangkap BI, akselerasi penyaluran kredit sektor konsumsi masih sangat dominan dibandingkan dengan pembiayaan sektor produktif. Ini mengakibatkan penyaluran kredit cenderung tidak berkelanjutan (sustainable) sehingga belum memberi sumbangan terhadap penguatan industri perbankan dalam membantu perkembangan perekonomian.
BI sendiri mencatat pertumbuhan perekonomian Jawa Timur per akhir 2010 mampu menembus 6,8% atau lebih tinggi dibanding angka pertumbuhan 2009.
“Angka pertumbuhan ini selain lebih tinggi dari nasional juga merupakan yang tertinggi di Pulau Jawa, mengingat 3 wilayah lain seperti DKI Jakarta selama tahun 2010 diperkirakan tumbuh sebesar 6,3%, Jawa Barat 5,93% dan Jawa Tengah sebesar 5,69%,” terang Ishak.
Sementara tingkat inflasi di Jatim diprediksinya bisa mencapai 6,3% pada tahun ini. Angka terasebut diprediksi turun dibanding inflasi sepanjang 2010 yang mencapai 6,9%. Kontribusi terbesar penyumbang inflasi selama ini kata Ishak adalah kenaikan harga bahan makanan seperti beras, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, minyak goreng. den (www.surabayapost.co.id)
No comments:
Post a Comment