Thursday, 29 September 2011
Sang Chef dari Ujung Jawa
Kikin Oshikin, nama ngetop Chef satu ini. Sekilas kita akan menerkanya orang Jepang, jika menilik dari namanya saja. Tapi, tidak ada unsur Jepang sama sekali dalam darah pria asli kelahiran Banyuwangi, ujung Jawa Timur ini. Nama aslinya sebetulnya Mohammad Solichin. Tapi teman-teman dan lingkungan sepergaulan dari Chef -lulusan Academic Perhotelan APJ DKI Jakarta Angkatan 20 -ini lebih sering memanggil dengan nama Kikin.
Awal karirnya sebagai Chef, seperti halnya para profesional yang lain, dimulai dari melamar kerja ke hotel-hotel berbintang dan berkelas Internasional, tujuannya pasti untuk mencari dan mengumpulkan dulu ilmu sebanyak-banyaknya.
Bulan Maret 1995 tepatnya, Kikin memulai karir Chef-nya di Hotel Borobudur, hotel bintang 5 dengan jabatan 2nd Commis. Meskipun titelnya cukup terdengar keren, dengan rendah hati Kikin mengatakan jabatan pertamanya ini sebetulnya adalah Chef tingkat bawah (meskipun ada lagi yang lebih bawah yaitu 3rd Commis dan Apprentice). 10 tahun ia meniti tahap demi tahap dan mengumpulkan “ilmu per-chef-an”-nya sampai merasa cukup pengalaman dan akhirnya pada tahun 2005 Kikin memutuskan untuk berpindah kerja ke hotel bintang lima yang lainnya.
Dalam waktu empat tahun, Kikin “loncat” dari satu hotel bintang sampai kafe terkenal. Sehingga dari berbagai tempat, lingkungan memperkaya kemampuan dan karakternya untuk bekal pengalaman mandiri kelak.
Ketika ditanya apa sebenarnya yang membuat Chef yang dulu pernah bercita-cita menjadi TNI ini, tertarik terjun dalam dunia kuliner /menjadi chef, dengan tegas Kikin mengatakan, ada kepuasan batin tersendiri ketika masakannya dinikmati orang, dan orang puas dengan masakannya. “Menjadi sebuah kebanggaan sendiri, apalagi jika yang menikmati masakan saya itu public figure, “ ujarnya semangat.
Setelah berkelana kemana-mana dari Indonesia sampai luar negeri, pada tahun 2009, Chef yang maestro dalam mengolah masakan serba Italia, Western dan Asian Food ini memutuskan untuk pensiun dari dunia perhotelan. Bukan karena ia lelah atau jenuh dengan dunia yang memberinya banyak pengalaman ini, tapi ia sudah merasa cukup dalam mengumpulkan teknik, ilmu dan bekal materi untuk membuka usaha sendiri. Alhasil setelah meletakkan “jabatan” Chef nya di CafĂ© Italia Bahrain, Kikin memantapkan hati untuk menjadi bos bagi dirinya sendiri dengan membuka warung makan sendiri dengan julukan “GARA-ZI KITCHEN” yang diresmikan/dibuka tepat pada tahun 2009.
Dua tahun adalah masa yang masih terhitung pendek untuk berkelana dalam industry kuliner. Jadi, usaha ini Kikin anggap sebagai bayi yang masih coba untuk belajar berdiri. Tapi jangan salah, kepercayan diri yang tinggi dan berbekal pengalamannya di perhotelan selama sepuluh tahun lebih, membuat Garazi Kitchen ini bertahan dan berkembang dengan oke!
Pasti jadi Chef tidak ada dukanya ya, karena hanya seputaran makan dan masakan saja, begitu pertanyaan yang kami ajukan padanya, dan dengan berseloroh Kikin menjawab jelas saja dukanya ada, terutama kalau masakannya tidak pas di lidah customer, bukan saja complain yang ia dapatkan malah sampai di caci maki pun ia pernah!
Akhirnya, Chef menutup ceritanya dengan motto unik “ Lebih baik menjadi kepalanya semut daripada menjadi ekornya gajah” yang kurang lebih artinya, biar saja punya usaha kecil tapi jadi bos bagi diri sendiri, daripada jabatan keren tapi tetap “prajurit” alias bawahan.
Ok! Good Choice Chef!
Sumber : belibu.com
Labels:
Kuliner
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment