Solopos | "Mah.. Papah pergi..."|
Rabu (27/10), pagi. Mobil jenazah masuk ke sebuah gang sempit di Kampung Kupang Dukuh RT 4/RW II, Kelurahan Kupang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Setelah berhenti tepat di sebuah rumah bercat merah muda, pintu kiri depan mobil berwarna biru itu terbuka.
Endah Saptaningsih, 42, tak bisa menahan tangisnya begitu keluar dari mobil dan menjejakkan kaki di halaman depan rumahnya. Seorang gadis kecil berkaos dan bercelana hitam yang sedari tadi cemas menunggu itu langsung memeluk Endah, ibunya, dengan tangisan yang lebih kencang. Krisnayanti Cahaya Ningtyas, 13, gadis kecil itu tak kuat menahan emosinya dan terus menangis. Sekejap kemudian keduanya langsung dikerubuti sejumlah kerabat yang menuntun mereka berjalan memasuki rumah.
Sementara, beberapa pria berusaha mengeluarkan peti jenzah berwarna cokelat dari dalam mobil. Dengan hati-hati, mereka menurunkannya dari mobil dan memasukkan peti itu ke dalam rumah menyusul Endah dan Krisnayanti. Sebuah papan tulis putih bertuliskan ”Nama: Yuniawan Wahyu N. Usia: 42 th. Meninggal: 26 Oktober 2010. Dimakamkan di Kupang Lor” terpampang di gerbang masuk rumah milik pasangan Suwanto-Krishartati, orangtua Endah.
“Mah..papah pergi….” tangis Krisnayanti lirih di dekapan ibunya begitu peti yang membungkus jenazah Yuniawan melewati mereka.
Duka mendalam dirasakan Endah, isteri Yuniawan Wahyu Nugroho, wartawan portal berita vivanews.com yang tewas terkena uap panas Gunung Merapi saat meliput di kediaman Mbah Maridjan. Endah harus merelakan bahtera rumah tangga dengan Yuniawan yang terajut sejak tahun 1990 dan membuahkan dua puteri yakni Ardiyanti Laksita Ningtyas, 18 dan Krisnayanti harus berakhir.
Setelah ditempatkan di ruang tamu, tutup peti yang terpampang salib itu dibuka. Terlihat jelas jenazah pria yang biasa dipanggil Wawan itu dalam kondisi mengenaskan. Sekujur tubuhnya penuh luka bakar.
“Tidak bisa dipindahkan. Karena kondisinya tidak memungkinkan,” tutur Pendeta Urip Yudhono, teman dekat Wawan, saat sejumlah keluarga bermaksud memindahkan jenazah itu.
“Tidak perlu dipakaikan baju karena kondisinya tak memungkinkan. Nanti bajunya diletakkan di atasnya saja. Kalau celananya bisa tidak? Kalau tidak bisa tidak usah dipaksakan,” sambungnya memberi arahan.
Beberapa kerabat tampak sibuk mencari setelah pakaian plus jas hitam. Kemudian pakaian tersebut hanya diletakkan di atas jenazah begitu saja sebelum peti ditutupi kain putih tipis transparan. “Besok akan dimakamkannya,” tukas salah seorang kerabat.
Krishartati yang juga terlihat sangat berduka sempat menuturkan jika menantunya itu sempat pulang ke Ambarawa dari Jakarta Minggu (24/10) untuk menjenguk anak isterinya sebelum berangkat ke lereng Merapi, Selasa lalu. Ia mengaku mengetahui kabar menantunya itu tewas dari televisi, Ia yakin pria asal Banyuwangi Jawa Timur itu tak selamat dari bencana Gunung Merapi setelah salah satu stasiun televisi menunjukkan dompet miliki pria asal Banyuwangi, Jawa Timur itu. Begitu dipastikan Wawan tewas, Endah seketika itu juga berangkat ke Magelang untuk menjemput jenazah suaminya.
kha
Endah Saptaningsih, 42, tak bisa menahan tangisnya begitu keluar dari mobil dan menjejakkan kaki di halaman depan rumahnya. Seorang gadis kecil berkaos dan bercelana hitam yang sedari tadi cemas menunggu itu langsung memeluk Endah, ibunya, dengan tangisan yang lebih kencang. Krisnayanti Cahaya Ningtyas, 13, gadis kecil itu tak kuat menahan emosinya dan terus menangis. Sekejap kemudian keduanya langsung dikerubuti sejumlah kerabat yang menuntun mereka berjalan memasuki rumah.
Sementara, beberapa pria berusaha mengeluarkan peti jenzah berwarna cokelat dari dalam mobil. Dengan hati-hati, mereka menurunkannya dari mobil dan memasukkan peti itu ke dalam rumah menyusul Endah dan Krisnayanti. Sebuah papan tulis putih bertuliskan ”Nama: Yuniawan Wahyu N. Usia: 42 th. Meninggal: 26 Oktober 2010. Dimakamkan di Kupang Lor” terpampang di gerbang masuk rumah milik pasangan Suwanto-Krishartati, orangtua Endah.
“Mah..papah pergi….” tangis Krisnayanti lirih di dekapan ibunya begitu peti yang membungkus jenazah Yuniawan melewati mereka.
Duka mendalam dirasakan Endah, isteri Yuniawan Wahyu Nugroho, wartawan portal berita vivanews.com yang tewas terkena uap panas Gunung Merapi saat meliput di kediaman Mbah Maridjan. Endah harus merelakan bahtera rumah tangga dengan Yuniawan yang terajut sejak tahun 1990 dan membuahkan dua puteri yakni Ardiyanti Laksita Ningtyas, 18 dan Krisnayanti harus berakhir.
Setelah ditempatkan di ruang tamu, tutup peti yang terpampang salib itu dibuka. Terlihat jelas jenazah pria yang biasa dipanggil Wawan itu dalam kondisi mengenaskan. Sekujur tubuhnya penuh luka bakar.
“Tidak bisa dipindahkan. Karena kondisinya tidak memungkinkan,” tutur Pendeta Urip Yudhono, teman dekat Wawan, saat sejumlah keluarga bermaksud memindahkan jenazah itu.
“Tidak perlu dipakaikan baju karena kondisinya tak memungkinkan. Nanti bajunya diletakkan di atasnya saja. Kalau celananya bisa tidak? Kalau tidak bisa tidak usah dipaksakan,” sambungnya memberi arahan.
Beberapa kerabat tampak sibuk mencari setelah pakaian plus jas hitam. Kemudian pakaian tersebut hanya diletakkan di atas jenazah begitu saja sebelum peti ditutupi kain putih tipis transparan. “Besok akan dimakamkannya,” tukas salah seorang kerabat.
Krishartati yang juga terlihat sangat berduka sempat menuturkan jika menantunya itu sempat pulang ke Ambarawa dari Jakarta Minggu (24/10) untuk menjenguk anak isterinya sebelum berangkat ke lereng Merapi, Selasa lalu. Ia mengaku mengetahui kabar menantunya itu tewas dari televisi, Ia yakin pria asal Banyuwangi Jawa Timur itu tak selamat dari bencana Gunung Merapi setelah salah satu stasiun televisi menunjukkan dompet miliki pria asal Banyuwangi, Jawa Timur itu. Begitu dipastikan Wawan tewas, Endah seketika itu juga berangkat ke Magelang untuk menjemput jenazah suaminya.
kha
No comments:
Post a Comment